Selasa, 01 November 2016

TEORI HUMANISTIK



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Teori belajar banyak dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi, bisa diartikan bahwa semua hal yang dibahas dalam belajar, berkaitan pula  dengan keadaan manusia sebagai subjek yang mengalami, mengikuti bahkan mengembangkan diri melalui belajar. Teori belajar, turut membantu pelaksanaan pendidikan dengan menjawab atau membahas mengenai masalah yang muncul dalam belajar sehingga pelaksanaan pendidikan dapat mencapai tujuan awal sesuai dengan yang diharapakan.
Teori belajar sendiri, secara umum dibagi kedalam empat golongan, yaitu teori belajar behavioristik (tingkah laku), teori belajar kognitif, teori belajar humanistik, dan teori belajar sosial. Masing-masing teori belajar membawa perbedaan fokus, atau penekanan masalah satu sama lainnya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu erat kaitannya dengan teori belajar  yang telah dirumuskan oleh berbagai pihak, termasuk didalamnya para pakar atau tokoh yang ahli dalam bidang pendidikan. Banyak tokoh yang berkaitan dengan teori belajar yang ada, dengan pendapatnya masing-masing dan tentu implikasi dalam pembelajaran yang akan berbeda pula.
Maka dari itu, melalui makalah ini penulis akan membahas siapa saja tokoh-tokoh yang turut berperan dalam lahirnya teori belajar, dan bagaimana implikasinya dalam pembelajaran. Namun, dalam hal ini penulis lebih memfokuskan pada pembahasan teori belajar humanistik, dimulai dari tokoh-tokohnya hingga implikasinya dalam pembelajaran.

B.     Rumusan Masalah
1.    Bagaimana teori belajar humanistik?
2.    Bagaimana pandangan para ahli yang mendukung teori belajar humanistik dan aplikasinya dalam bidang studi?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami teori belajar humanistik.
     2. Mengetahui dan memahami pandangan para ahli yang mendukung teori belajar humanistik dan aplikasinya dalam bidang studi.

D.    Sistematika Penulisan
      Pada Bab I Pendahuluan, menguraikan mengenai latar belakang,  rumusan masalah dan sistematika penulisan dari isi makalah kami.
      Pada Bab II Pembahasan, menguraikan mengenai gambaran teori belajar humanistik, pandangan para ahli yang mendukung teori belajar humanistik dan aplikasinya dalam bidang studi.
      Pada Bab III Penutup, menguraikan mengenai kesimpulan dan saran untuk melengkapi makalah kami.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Teori Belajar Humanistik
                   Teori belajar adalah suatu teori yang didalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan dikelas maupun diluar kelas. Dalam proses pembelajaran, para ahli membagi beberapa teori dalam memahaminya, karena dengan teori ini para ahli dapat mengklasifikasi aktivitas pembelajaran, diantara teori belajar yang dikenal dan akan dibahas tentang teori belajar humanistik.
                   Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
                          Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah :
a.    Proses perolehan informasi baru,
b.   Personalia informasi ini pada individu.
Teori humanistik secara jelas menunjukkan bahwa belajar dipengaruhi oleh bagaimana peserta didik-peserta didik berpikir dan bertindak, dan dipengaruhi dan diarahkan oleh arti pribadi dan perasaan-perasaan yang mereka ambil dari pengalaman belajar mereka.

             Menurut teori humanistik,  proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi. Daripada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik berpendapat bahwa belajar apapun dapat dimanfaatkan selama tujuannya untuk memanusiakan manusia, yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
B.  Pandangan Para Ahli yang Mendukung Teori Belajar Kognitif dan Aplikasinya dalam Bidang Studi
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain Abraham Maslow, Arthur W. Combs, Carl Rogers,  Bloom dan Krathwohl,  Kolb,  Honey dan Mumford dan Habermas.
Namun dalam makalah ini penulis lebih memfokuskan pada pandangan  teori belajar humanistik menurut Arthur W. Combs, Bloom dan Krathwohl dan  Carl Rogers, dimana penjelasannya akan di bahas pada pembahasan di bawah ini.

1.   Teori Belajar Arthur W. Combs dan Aplikasinya dalam Bidang Studi
a.    Teori Belajar Arthur W.Combs
Arthur W. Combs (1912-1999) adalah seorang pendidik/ psikolog yang memulai karir akademis sebagai profesor ilmu biologi dan psikolog sekolah di sekolah umum di Alliance, Ohio (1935-1941). Ia menerima gelar MA dalam konseling sekolah di The Ohio State University (1941) dan diterima di program doktor dalam psikologi klinis pada lembaga dimana Carl Rogers menjabat sebagai pendidik dan mentor. Dia menyelesaikan gelar doktor pada tahun 1945.
Bersama dengan Donald Snygg (1904 - 1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu, pendidik tidak bisa mamaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu pendidik harus memahami perilaku peserta didik dengan mencoba memahami dunia persepsi peserta didik tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, pendidik harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan peserta didik yang ada.
Combs berpendapat bahwa banyak pendidik membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa peserta didik mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa peserta didik untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
Inti dari teori ini adalah meaning, belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu, pendidik tidak bisa mamaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Di sini pendidik harus peka terhadap peserta didiknya. Kemudian pendidik dituntut untuk mampu memotivasi dan memberikan atau bahkan mengubah pandangan peserta didiknya bahwa suatu pelajaran itu, yang semisal tidak disenangi peserta didik, akan memberikan manfaat untuknya kelak. Dengan begitu diharapkan pada diri peserta didik akan muncul dorongan instrinsik untuk belajar. peserta didik bersedia belajar karena kesadaran dari dalam dirinya sendiri. Ia pun akan menjadi peserta didik yang orientasinya tidak hanya sekedar pada nilai (skor) tetapi lebih kepada ilmu pengetahuannya. Ia akan mampu memahami materi suatu pelajaran secara baik dan mendalam.
Implikasi pandangan Arthur W.Combs dalam belajar :
1)      Belajar menekankan pada makna atau manfaat aplikatif yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam lingkungannya.
2)      Belajar adalah membawa peserta didik untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
3)      Belajar lebih banyak memberikan materi yang terkait erat dengan hubungan diri peserta didik agar hasil belajar tidak dilupakan oleh sisiwa.

b.   Aplikasi Teori Belajar menurut Arthur W. Combs dalam Pembelajaran dikaitkan dengan Bidang Studi
1)      Bidang Studi IPA
Dalam pembelajaran IPA di SD kelas 3 mengenai “Makhluk Hidup” sebaiknya seorang guru tidak menggunakan metode konvensional atau ceramah yang sering kali membuat siswa kurang memahami arti dan makna pembelajaran yang disampaikan, guru hendaknya memahami perilaku siswa dengan mencoba memasuki dunia persepsi siswa sehingga selain memberikan ilmu pengetahuan, ia juga dapat merubah perilakunya. Guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada dengan memahami semua itu seorang guru dapat mengaitkan bahan ajar dengan kehidupannya, seorang guru dapat menggunakan pendekatan teori belajar Artur W Combs sebagai suatu cara agar dalam proses pembelajaran mengenai “Makhluk Hidup” yang dapat memberikan arti dan makna kepada siswa.
Pendekatan teori belajar Artur W Combs dapat membuat siswa lebih kreatif dan aktif dalam mencari ilmu pengetahuan baru. Pendekatan teori belajar ini juga memberikan pengalaman/hal baru selama proses pembelajaran berlangsung, karena dengan ini siswa dapat bersentuhan langsung dengan objek yang akan dipelajari. Seperti pembelajaran dengan konsep makhluk hidup, guru dapat menghadirkan makhluk aslinya dalam proses pembelajaran ataupun dapat mengajak siswa ke luar kelas untuk mengamati makhluk hidup yang ada di lingkungan sekitar.
Contohnya, guru dapat menghadirkan  hewan seperti ayam, kucing, dan kelenci serta tumbuhan seperti bunga, rumput, dan pohon-pohon yang ada di sekitar lingkungan sehari-hari siswa. Sehingga siswa dapat belajar dengan senang dan bergairah, serta memberikan pengalaman unik dalam pembelajaran. Siswa akan menganggap bahwa belajar IPA itu menyenangkan, tidak sulit ataupun membosankan.
Jadi dengan pendekatan teori belajar ini, siswa tidak lagi hanya sebatas menerima materi dari apa yang guru jelaskan  dan materi yang telah ada dibuku, yang membuat anak bosan ataupun  terdapat materi yang sulit dimengerti, karena dengan pendekatan teori belajar Artur W Combs siswa dapat mengambil pelajaran dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari yang manfaatnya nanti, siswa dapat lebih mencintai makhluk hidup dilingkungan sekitarnya, mengetahui cara menjaga dan merawat mahluk hidup disekitarnya.
2)      Bidang Studi IPS
Dalam pembelajaran IPS tentang “ Keanekaragaman Budaya “ di kelas 4 SD, guru hendaknya tidak lagi memberikan materi pembelajaran  dengan metode konvensional atau ceramah kepada siswa. Guru dapat menghadirkan sebuah video yang mewakili kebudayaan setiap daerah, atau bisa melakukan kunjungan karya wisata ke museum tentang kebudayaan, ataupun melakukan diskusi setiap siswa untuk menerangkan ciri khas dari setiap daerah di indonesia, penggunaan media seperti kartu bergambarkan kebudayaan khas masing-masing daerah, yang kemudian bisa siswa aplikasikan langsung dengan diskusi kelompok dalam pembelajaran.
 Dengan semua cara diatas menjadikan siswa belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran, sehingga belajar menjadi bermakna bagi siswa. Hal tersebut dapat mengarahkan siswa untuk belajar secara aktif dan tidak hanya dituntut belajar dari buku, namun siswa juga dapat menggali pengetahuan dengan diri sendiri sehingga proses pembelajaran berlangsung tidak membosankan, siswa tidak merasa terpaksa dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung.         Dalam pembelajaran IPS ini guru dapat menanamkan sikap dan kepribadian siswa untuk saling menghargai dan juga mencintai setiap ciri khas kebudayaan dari setiap daerah di indonesia. Seorang siswa bisa mengenal sekaligus menghargai kebudayaan yang dimiliki oleh temannya, dan menyadari bahwa di kehidupan sehari-harinya ia pasti akan menemui orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda/beragam. Mengenal dan menjaga kebudayaan yang diajarkan hingga makna sukarela tertanam pada diri siswa, turut memupuk sikap melestarikan budaya yang tentu berdampak postif bagi kehidupan anak sekarang ataupun nanti.

3)      Bidang Studi Matematika
Belajar terjadi bila mempunyai arti  bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Perilaku buruk siswa sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Contohnya, siswa mampu menunjukkan perilaku teliti dan peduli melalui menata benda-benda di sekitar ruang kelas berdasarkan dimensi, berat, atau urutan jumlah. Dengan ini, siswa akan mengetahui mengenai materi dimensi, berat maupun urutan jumlah.
Pembelajaran matematika ini terjadi dengan hal yang cukup sederhana, seorang guru yang akan mengajarkan konsep dimensi, berat, maupun urutan jumlah bisa menggunakan media benda yang ada didalam kelas, guru meminta siswa ikut berpartisipasi dalam menata dan membersihkan kelas, disamping siswa tanpa disadari ikut melaksanakan pembelajaran matematika dengan konsep tersebut, perilaku menata kelas dilakukan dengan tujuan lainnya, yakni mempersiapkan kondisi kelas yang bersih sehingga belajar lebih kondusif. Dalam kegiatan ini, perilaku afektif yang dimunculkan dari makna pembelajaran sendiri adalah teliti, peduli dengan sekitar, dan juga sikap gotong royong seluruh anggota kelas.

4)      Bidang Studi PKN
Dalam pembelajaran PKN di kelas 2 SD, guru dalam hal ini mengajarkan  konsep “Kedisiplinan”, guru dapat menggunakan metode bermain peran, dalam satu kelas, guru membagi siwa kedalam kelompok-kelompok kecil, dengan tema drama kedisiplinan yang berb eda.
Setiap kelompok yang tidak sedang tampil, menyimak drama yang dibawakan temannya. Contohnya, satu kelompok siswa membawakan drama dengan judul “Terlambat Pergi ke Sekolah”, dari drama tersebut siswa yang berperan, maupun yang menyimak diharapkan dapat mengambil hikmah, dengan mengetahui konsekuensi dari keterlambatan yang diawali dari sikap ketidakdisiplinan pada saat mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah. Dari keterlambatan yang diawali ketidakdisiplinan seperti tidur larut malam, yang mengakibatkan terlambat bangun dipagi hari, sehingga  terlambat hadir didalam kelas, yang berujung pada hukuman karena melanggar tata tertib yang ada.
Setelah memahami materi PKN mengenai disiplin, dengan keterlibatan langsung dalam pembelajaran, konsep mengenai disiplin, bisa lebih lama melekat pada ingatan siswa, dan diakhiri dengan tindakan disiplin pada kehidupan kesehariannya.
Pembelajaran mengenai disiplin ini, dapat tersampaikan dengan baik, secara disadari maupun tidak oleh anak, karena proses pembelajaran menggunakan drama yang lebih menyenangkan. Disamping itu, anak akan lebih memahami bahwa perilaku disiplin yang ia terapkan dalam kesehariannya akan membawa banyak dampak postif bagi kehidupannya.

5)      Bidang Studi Bahasa Indonesia
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang “Keterampilan Menulis Puisi“ di kelas 3 SD, guru hendaknya tidak lagi memberikan materi pembelajaran  mengenai “Keterampilan Menulis Puisi“ hanya dengan memberikan contoh sebuah puisi, lalu menugaskan siswa untuk membuat sebuah puisi. Akan lebih baik apabila guru sebelumnya menstimulus siswa terlebih dahulu, kita ambil contoh pembelajaran menulis puisi dengan  tema “Lingkungan Sekitar”, hal ini dapat dilakukan dengan cara mengajak siswa untuk melakukan kegiatan diluar ruangan kelas, seperti jalan-jalan disekitar lingkungan sekolah, lalu setelah itu kita meminta siswa untuk menuliskan apa yang telah dilihat dan dirasakan ketika jalan-jalan disekitar lingkungan sekolah kedalam sebuah puisi, serta membacakan hasil karyanya didepan kelas.
Dengan semua cara diatas, dapat menjadikan siswa belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran, sehingga belajar menjadi bermakna bagi siswa. Selain itu, siswa juga dapat menggali pengetahuan secara mandiri, sehingga proses pembelajaran berlangsung tidak membosankan. Karena berlangsung tidak hanya didalam kelas, siswa juga dapat menemukan banyak insprirasi berdasarkan pada hasil temuannya sendiri.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang tertuang dalam pembuatan puisi ini, selain siswa mampu untuk mebuat sebuah materi seperti tujuan pembelajaran, guru juga dapat menanamkan sikap dan kepribadian siswa untuk lebih menghargai dan juga mencintai lingkungan sekitar, menumbuhkan kreatifitas dan juga rasa percaya diri pada dirinya.

c.    Kesimpulan Teori Belajar Menurut Arthur W.Combs
            Menurut Arthur W.Combs belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu, pendidik tidak bisa mamaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Di sini pendidik harus peka, memotivasi dan memberikan bahkan mengubah pandangan peserta didiknya. Bahwa suatu pelajaran yang baik yang disenangi atau tidak disenangi peserta didik, tetap akan memberikan manfaat untuknya kelak.
2.    Teori Belajar Bloom dan Krathwohl dan Aplikasinya dalam Bidang Studi
a.    Teori Belajar Bloom dan Krathwohl
Bloom dan Krathwohl lebih menekankan perhatiannya pada apa yang pasti dikuasai oleh peserta didik, setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum dalam tiga kawasan yang dikenal dengan sebutan Taksonomi Bloom. Melalui taksonomi Bloom inilah telah berhasil memberikan inspirasi kepada banyak pakar pendidikan dalam mengembangkan teori-teori maupun praktek pembelajaran. Pada tatanan praktis, taksonomi Bloom ini telah membantu para pendidik untuk merumuskan tujuan-tujuan belajar yang akan dicapai, dengan rumusan yang mudah dipahami. Berpijak pada taksonomi Bloom ini pulalah para praktisi pendidikan dapat merancang program-program pembelajarannya. taksonomi Bloom ini telah banyak dikenal dan paling popular di lingkungan pendidikan. Secara ringkas, ketiga kawasan dalam taksonomi Bloom tersebut adalah sebagai berikut:
1)   Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkatan:
a)    Mengingat  ( mengingat, menghafal );
b)   Memahami ( menginterpretasikan );
c)    Menerapkan ( menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah );
d)   Menganalisis ( menjabarkan suatu konsep );
e)    Mengevaluasi (membandingkan ide, nilai, metode, suatu konsep secara utuh);
f)    Mengkreasi (merancang, membangun sesuatu yang baru );

2)   Psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
a)    Peniruan ( menirukan gerak );
b)   Penggunaan ( menggunakan konsep untuk melakukan gerak );
c)    Ketepatan ( melakukan gerak dengan benar );
d)   Perangkaian ( melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar );
e)    Naturalisasi ( melakukan gerak secara wajar ).

3)       Afektif
Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
a)    Pengenalan ( ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu );
b)   Merespon ( aktif berpartisipasi );
c)    Penghargaan ( menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu);
d)   Pengorganisasian ( menghubung - hubungkan nilai-nilai yang dipercayai );
e)    Pengalaman ( menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup )

b.      Aplikasi Teori Belajar menurut Bloom dan Krathwohl  dalam Pembelajaran dikaitkan dengan Bidang Studi
1) Bidang Studi IPA (Ranah Kognitif)
Tujuan kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang tertinggi yang meliputi 6 tingkatan:
a)    Mengingat (Remember)
        Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka  panjang.  Mengingat  merupakan  proses  kognitif yang  paling  rendah tingkatannya.  Untuk  mengkondisikan  agar  “mengingat” bisa  menjadi  bagian  belajar bermakna bagi siswa,  tugas  mengingat  hendaknya  selalu  dikaitkan  dengan  aspek pengetahuan yang  lebih  luas  dan  bukan  sebagai  suatu  yang  lepas  dan  terisolasi.
Contoh: Guru bertanya kepada siswa tentang materi yang sudah dipelajari oleh siswa seperti “Coba siapa yang ingat tentang sifat-sifat cahaya?”
b)   Memahami  (Understand)
        Mengkonstruk  makna  atau  pengertian  berdasarkan pengetahuan  awal  yang  dimilik oleh siswa,  mengaitkan  informasi  yang  baru  dengan pengetahuan  yang  telah  dimiliki siswa,  atau dapat pula mengintegrasikan  pengetahuan  yang  baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa.
Contoh: Nah sekarang siapa yang dapat menyebutkan pengertian cahaya? Dan kenapa cahaya dapat menerangi benda-benda disekitarnya?
c)    Mengaplikasikan (Applying)
        Mencakup  penggunaan  suatu  prosedur  guna menyelesaikan  masalah  atau  mengerjakan  tugas.  Oleh  karena  itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural.
Contoh: Guru menanyakan kepada siswa “Apa saja manfaat cahaya untuk kehidupan sehari-hari beserta contohnya?”
d)   Menganalisis  (Analyzing)
        Menguraikan  suatu  permasalahan  atau  obyek  ke unsur-unsurnya dan menentukan saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya.
Contoh: Guru bertanya kepada siswa “Dapatkah kita melihat benda-benda yang ada di sekeliling kita dalam keadaan gelap? Mengapa kita hanya bisa melihat benda-benda yang ada disekeliling kita ketika ada cahaya yang mengenai benda tersebut?”
e)    Mengevaluasi  (Evaluate)
        Membuat  suatu  pertimbangan  berdasarkan kriteria  dan standar yang ada.
Contoh: Guru memberikan soal-soal kepada siswa mengenai cahaya dan membahasnya bersama-sama.
f)    Membuat (Create)
        Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Membuat mencakup kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara mengorganisir  beberapa  unsur  atau  bagian  menjadi  suatu  pola  atau  struktur  yang sebelumnya  tidak  tampak.
Contoh: Guru dan siswa membuat sebuah percobaan untuk membuktikan sifat-sifat cahaya misalnya menggunakan senter dan beberapa kertas yang berlubang kecil, untuk membuktikannya.

2)           Bidang Studi PKN (Ranah Afektif)
a)    Menerima: Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
Contoh: Guru menjelaskan arti pentingnya keutuhan suatu Negara seperti NKRI.
b)   Menanggapi: Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
Contoh: Guru menanyakan kepada siswa “Apa saja yang dapat kita lakukan sebagai warga Negara dalam mempertahankan keutuhan Negara kita?”.
c)    Menilai: Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
Contoh: Setelah menanyakan hal seperti diatas, guru membahas jawaban-jawaban yang dikemukakan oleh siswa.
d)   Mengelola: Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
Contoh: Kemudian guru menanyakan tentang berbagai gangguan yang dapat mengancam keutuhan NKRI dan permasalahan yang pernah terjadi di Indonesia.
e)    Menghayati: Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.
Contoh: Guru menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan dalam Menjaga Keutuhan Wilayah NKRI serta perilaku atau Sikap yang dapat dilakukan untuk mempertahankan tanah air.

3)    Bidang Studi Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Ranah Psikomotor)
a)    Persepsi: Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
Contoh: Seorang guru menjelaskan arti penting berolahraga dan menjaga kesehatan tubuh.
b)   Kesiapan: Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
Contoh: Guru olahraga memulai berolahraga atau senam diikuti oleh siswanya.
c)    Respon terpimpin atau penggunaan: Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
Contoh: siswa dalam hal ini mengikuti gurunya dengan gerakan coba-coba yang dilakukannya.
d)   Mekanisme atau ketepatan: Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
Contoh: Setelah melihat guru olahraganya berkali-kali dengan gerakan yang sama akhirnya siswa dapat membiasakan gerakannya dengan tepat.
e)    Respon tampak yang kompleks: Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
Contoh: Setelah itu siswa juga dapat menggerakan tubuhnya dengan tepat walau dengan gerakan yang sukar.
f)    Penyesuaian: keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
Contoh: siswa terampil dengan gerakan yang berbeda-beda dan dapat menyesuaikan pola geraknya dengan menunjukan kemahirannya.
g)   Penciptaan: Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi, kondisi atau permasalahan tertentu.
Contoh: siswa dapat berkreativitas untuk melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar inisiatif dirinya.

c.       Kesimpulan Teori Belajar Menurut Bloom dan Krathwohl
              Menurut Bloom dan Krathwohl, apa yang pasti dicapai pesrta didik setelah melalui proses belajar lah yang ditekankan, yang kemudian dikenal dengan 3 ranah yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Setelah proses belajar berlangsung, setiap siswa mengalami perubahan dalam dirinya, ada penambahan ilmu pengetahuan yang hasilnya akan sesuai dengan tujuan awal dari pembelajaran. Baik penekanannya dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotor.

3.   Teori Belajar Carl Rogers dan Aplikasinya dalam Bidang Studi
a.    Teori Belajar Carl Rogers
Carl Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal 8 Januari 1902 disebuah keluarga Protestan yang fundamentalis. Rogers merupakan tokoh humanistis dalam teori-teori balajar dari psikologi humanistik.  Perhatian psikologi humanistik yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Carl R. Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang gagasan-gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek pendidikan. Lewat karya-karyanya yang tersohor seperti “Freedom to learn and Freedom to learn for the 80’s” dia menyarankan suatu pendekatan pendidikan yang berupaya menjadikan belajar dan mengajar lebih manusiawi dan karenanya lebih bersifat pribadi dan penuh makna.
Carl R. Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanistik bahwa motivasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.
Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu:
1)   Belajar yang bermakna, belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik.
2)   Belajar yang tidak bermakna,  belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.
Implikasi teori  belajar menurut Carl Rogers :
1)   Hasrat untuk belajar
Menurut Rogers manusia itu mempunyai hasrat alami untuk belajar. Hal ini dibuktikan dengan rasa ingin tahunya anak kalau ia sedang mengeksplorasi lingkungannya. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan humanistik. Di dalam kelas yang humanistik anak-anak diberi kebebasan untuk memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa yang penting dan berarti tentang dunia disekitarnya. Orientasi ini bertentangan sekali dengan kelas-kelas gaya lama dimana pendidik atau kurikulum menentukan apa yang harus dipelajari oleh anak-anak.
2)   Belajar yang berarti
Prinsip kedua ini adalah belajar yang berarti, yang mempunyai makna. Hal ini terjadi apabila yang dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Anak akan belajar dengan cepat apabila yang dipelajari itu mempunyai arti baginya.
3)   Belajar tanpa ancaman
Menurut Rogers, belajar itu mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik apabila berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman. Proses belajar berjalan dengan lancar manakala murid dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang biasanya menyinggung perasaan.
4)   Belajar atas inisiatif sendiri
Bagi para humanist, belajar itu paling bermakna manakala hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan apabila melibatkan perasaan dan pikiran peserta didik. Tidak perlu diragukan bahwa menguasai bahan pelajaran itu penting tetapi tidak lebih penting daripada memperoleh kecakapan untuk mencari dan menemukan sumber, merumuskan masalah, menguji praduga dan menilai hasil.
5)   Belajar dari perubahan
Perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu maju dan melaju. Apa yang dipelajari dimasa lalu tidak lagi dapat membekali orang untuk hidup dan berfungsi dengan berhasil didunia mutakhir ini. Apa yang dibutuhkan dewasa ini ialah orang-rang yang mampu belajar dilingkungan yang sedang berubah dan akan terus berubah.

b.   Aplikasi Teori Belajar menurut Carl Rogers dalam Pembelajaran dikaitkan dengan Bidang Studi
1)   Bidang Studi  IPA
               Dalam pembelajaran IPA tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan di kelas 4 SD, guru hendaknya tidak memberikan materi dengan metode ceramah kepada siswa. Akan lebih baik apabila guru benar-benar menghadirkan berbagai macam tumbuhan yang nantinya dijadikan sebagai bahan yang akan didiskusikan oleh siswa di kelas. Namun apabila disekitar lingkungan sekolah terdapat kebun yang ditumbuhi berbagai macam jenis tumbuhan, maka siswa dapat diajak untuk mengamati tumbuhan di kebun tersebut secara langsung. Terlebih jika didalam kebun yang ada dilingkungan sekolah tersebut ditumbuhi oleh TOGA (tanaman obat dan keluarga). Jadi, selain menjelaskan bagian-bagian tumbuhan secara langsung, siswa juga bisa mengenal dan mengetahui tumbuhan yang memiliki manfaat sebagai obat. Hal ini tentu menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik. Siswa akan mengetahui bahwa tumbuhan yang sedang ia pelajari ternyata juga dapat ia manfaatkan sebagai obat didalam kehidupan sehari-harinya.
               Siswa belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, menyentuh, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran, sehingga belajar menjadi bermakna bagi siswa. Siswa diarahkan untuk belajar secara aktif dan tidak hanya dituntut belajar dari buku, namun siswa juga dapat menggali pengetahuan dari alam sekitarnya. Posisi guru dalam hal ini hanya sebagai fasilitator, motivator, dan stimulator. Dalam pembelajaran IPA ini guru dapat menanamkan sikap dan kepribadian siswa untuk mencintai lingkungan sekitarnya serta pembiasaan siswa untuk selalu merawat lingkungan sekitarnya.

2)   Bidang Studi IPS
                        Dalam pembelajaran IPS, konsep “Denah dan Arah Mata Angin” pada kelas 1 SD, guru dapat membawakannya dengan terlebih dahulu membuat ilustrasi cerita yang terkait dengan konsep denah dan arah mata angin, ilustrasi yang menstimulus siswa untuk turut serta berfikir mengenai konsep yang sedang dibawakan oleh guru, seperti “Anak-anak, jika Ibu akan pergi ke ruang Kepala Sekolah, dan sekarang Ibu berada di kelas, Ibu harus berjalan kemana?”. Setelah itu, siswa secara berkelompok dapat mendiskusikan jawabannya. Untuk itu, guru perlu memberi waktu pada siswa untuk berdiskusi menemukan jawabannya. Selanjutnya, masing-masing kelompok diminta untuk mengungkapkan pendapatnya. Diakhir diskusi, guru bersama siswa membahas pemecahan ilustrasi tadi dengan menggunakan bantuan denah dan arah mata angin.
                 Setelah selesai, siswa akan mengetahui manfaat penunjuk arah. Memahami bagaimana caranya menujukan tempat bagi oranglain, mengingat suatu tempat beserta jalan untuk menujunya dan sebagainya. Guru dapat meminta siswa untuk membuat denah yang menjukan jalan untuk pergi ke sekolah sebagai pekerjaan rumah.
                 Penerapan belajar seperti diatas lebih bermakna, dari sekedar mencontohkan denah yang dilakukan hanya oleh guru. Maka dari itu, selain pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik, guru bisa memfasilitasi siswa untuk mengembangkan pikiran dan perasaan melalui proses menemukan yang terjadi selama pembelajaran, dan melatih kebebasan siswa dalam berpendapat atau mengungkapkan pemikirannya.

3)   Bidang Studi Matematika
               Dalam pembelajaran matematika tentang Operasi Hitung Penjumlahan Dan Pengurangan di kelas 2 SD, guru menjelaskan konsep penjumlahan dan pengurangan kemudian mengaplikasikan konsep tersebut dengan menggunakan media uang receh atau uang kertas.
               Pembelajaran konsep penjumlahan dan pengurangan seperti itu akan mudah dipahami oleh siswa karena penjumlahan dan pengurangan mata uang tersebut sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari siswa, misalnya untuk membeli kue atau mainan. Siswa dituntun untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam hal operasi penjumlahan maupun pengurangan menggunakan mata uang, hal ini akan menarik minat siswa dalam belajar karena mereka akan berpikir bahwa pengetahuan itu sangat diperlukan dalam kehidupannya. Dengan demikian pembelajaran itu akan terasa bermakna bagi siswa karena dapat bermanfaat dalam penerapan di kehidupannya sehari-hari.
4)   Bidang Studi PKN
Dalam pembelajaran PKN misalnya tentang konsep Hidup Rukundi kelas 1 SD, guru dapat menggunakan metode diskusi dan tanya jawab dengan siswa mengenai hidup rukun. Guru dapat melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan hidup rukun kepada siswa di kelas sebagai bahan diskusi bersama.
Siswa dipancing untuk menyebutkan contoh-contoh atau sikap yang harus dilakukan untuk mewujudkan hidup rukun baik di keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Dalam hal ini guru tidak langsung memberikan penjelasan materi karena guru harus mempunyai kepercayaan kepada siswa bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan mengenai materi tersebut dari fakta-fakta yang terdapat di sekitarnya.Untuk menunjang pembelajaran agar lebih menyenangkan dan mudah diserap oleh siswa, guru dapat mensiasatinya dengan meminta siswa untuk menyanyikan lagu yang berisi tentang hidup rukun. Pembelajaran dilakukan dengan tujuan agar siswa memahami pentingnya hidup rukun dengan sesama dan siswa dapat menyadari serta mengaplikasikan sikap dan nilai-nilai apa yang harus dilakukannya dalam kehidupannya sehari-hari untuk mewujudkan kerukunan dalam hidup berbangsa dan bernegara.

5)   Bidang Studi Bahasa Indonesia
                        Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, penerapan teori belajar ini dicontohkan dalam pembelajaran membuat kalimat berpola S-P-O-K (Subjek - Predikat – Objek – Keterangan)  di kelas. Guru menuntun siswa agar dapat membuat kalimat berpola dengan baik. Siswa dibebaskan untuk memperoleh referensi atau sumber belajar yang terdapat di lingkungannya yang dapat ia manfaatkan, posisi guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
                        Pembelajaran dapat dilakukan dengan memberikan kebebasan berpikir siswa untuk membuat contoh-contoh kalimat berpola dengan benar. Materi pembelajaran ini sangat perlu untuk dikuasai oleh siswa karena penggunaan kalimat berpola adalah suatu kebutuhan dasar dalam berinteraksi dengan sesamanya di kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru harus mampu mendorong siswa untuk belajar atas dasar inisiatif sendiri.
                        Dengan diberikannya pelajaran tersebut, maka siswa akan paham bagaimana menggunakan kalimat yang baik dalam berkomunikasi kepada orang lain. Selain untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pembelajaran ini juga dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mengembangkan potensi-potensi dalam diri siswa yang memiliki minat terhadap sastra. 

c.    Kesimpulan Teori Belajar Menurut Carl Rogers
Menurut pendapat Carl R. Rogers praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukan pada peserta didik yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran pendidik yang dominan dan peserta didik hanya menghafalkan pelajaran.
Dapat ditegaskan belajar menurut Carl R. Rogers adalah untuk membimbing anak kearah kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik dan yang buruk, dapat melakukan pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggungjawab sebagai hasil belajar. Kebebasan itu hanya dapat di pelajari dengan memberi peserta didik kebebasan sejak mulanya sejauh ia dapat memikulnya sendiri, hal ini dilakukan dalam konteks belajar.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
                 Teori belajar humanistik menekankan studi tentang seseorang secara utuh, tidak hanya melalui penglihatan pengamat tetapi juga pengamatan atas perilaku individu, mengintegralkan dengan perasaan batin dan citra rasa.  Tujuan belajarnya adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika peserta didik memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
         Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain Abraham Maslow, Arthur W. Combs, Carl Rogers,  Bloom dan Krathwohl,  Kolb,  Honey dan Mumford dan Habermas.
Berikut pandangan para tokoh dibahas didalam makalah ini mengenai teori belajar humanistik :
a.    Arthur W. Combs, memandang bahwa belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu, pendidik tidak bisa mamaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Jadi meaning (makna/ arti) yang ditekankan.
b.    Bloom dan Krathwohl, memandang bahwa apa yang pasti dikuasai oleh peserta didik, setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar-lah yang menjadi makna dari belajar. Yang kemudian dikenal dalam pengelempokan 3 ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
c.   Carl Rogers memandang bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah membimbing anak kearah kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik dan yang buruk, dapat melakukan pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggungjawab sebagai hasil belajar. Rogers juga membagi konsep belajar menjadi 2, yakni belajar  bermakna dan belajar tidak bermakna.
            Aplikasi teori belajar humanistik dalam pembelajaran di SD dapat dilaksanakan hampir pada semua mata pelajaran yang ada, selama materi-materi pembelajaran tersebut lebih berorientasi pada pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Dan pada pembelajaran yang hasil belajarnya nanti dapat diaplikasikan lagi dalam kehidupan nyata  atau kehidupan sehari-hari peserta didik.
B.       Saran
            Dengan adanya teori-teori belajar, termasuk didalamnya teori belajar humanistik ini, kita sebagai pendidik dapat lebih memahami makna “memanusiakan manusia” secara utuh, dimana peserta didik yang akan kita hadapi nantinya, merupakan sebuah individu yang kompleks, membutuhkan pengembangan potensi yang tentunya harus kita fasilitasi dalam prosesnya.
            Para calon pendidik maupun yang telah menjadi pendidik anak bangsa Indonesia saat ini, hendaknya lebih banyak memaknai dan mencoba mengimplementasikan setiap sisi positif yang dapat diambil dari masing-masing teori belajar yang ada pada saat proses pendidikan sesungguhnya berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Al-hafidz, Ahsin W. Kamus Ilmu al-Quran. Jakarta: Amzah, 2008.
Budiningsih, Asri. Belajar & Pembelajran. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012.
Muhammad Thabroni & Arif Mustofa. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Partanto, Pius A. Al-barry, Dahlan. Kamus Ilmiyah populer. Surabaya: Arloka, 2001.
Mushlihin al-Hafizh, “Pengertian Humanisme”, dalam
http://www.referensimakalah.com/2012/10/pengertian-humanisme.html

Sumber : https://riaarini17.wordpress.com/teknologi-pendidikan/teori-belajar-dan-pembelajaran
Achmad, Maulidia. 2013. Teori Belajar Humanistik. [Online]. Tersedia: http://maulidiachmad.blogspot.com/2013/10/teori-belajar-humanistik.html
Fauziah, Rumbi. 2013. Teori Belajar Humanisme. [Online]. Tersedia: http://rumbifauziah.blogspot.com/2013/05/teori-belajar-humanisme.html
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar